Kebutuhan Nutrien Ayam Layer Pejantan – Ayam layer pejantan merupakan ayam yang biasanya yang ketika DOC dijual dipasar hewan dengan kondisi sudah dicat warna-warni. Hal ini karena bertujuan untuk menarik minat anak kecil yang ingin memelihara ayam di rumah. Selain itu kegunaan ayam layer pejantan yaitu sebagai pakan untuk hewan buas atau predator, contohnya ular, burung hantu dan lain-lain. Ayam layer pejantan juga bisa digunakan untuk peghasil daging dengan cara dibesarkan seperti ayam broiler, namun masa pemeliharaan ayam layer pejantan lebih lama daripada ayam broiler. Ayam layer pejantan biasanya harganya lebih murah daripada ayam broiler maupun ayam kampung. Ayam layer pejantan sebenarnya merupakan produk yang tidak diinginkan karena tujuan utamanya untuk petelur. Tetapi jika yang keluar berjenis jantan maka kegunaan sebagai petelur tadi tidak berfungsi. Sedangkan ayam layer betina harganya jauh diatas ayam layer jantan karena nantinya bisa memproduksi telur untuk kebutuhan manusia.
Ayam Layer Pejantan
Ayam tipe petelur jantan merupakan hasil samping dari produksi pembibitan dan penetasan ayam petelur. Ayam jantan petelur dianggap mempunyai kemampuan untuk menghasilkan daging. Selama ini farm ayam petelur hanya memfokuskan pada peternakan dan pemeliharaaayam layer betina. Produksi Day Old Chick (DOC) dari hatchery berjenis kelamin jantan belum dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Ayam jantan lebih cepat pertumbuhannya jika dibudidayakan dibandingkan dengan ayam betina (Sidadolog, 2001).
Besar kecilnya angka konversi ransum yang diperoleh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, sanitasi, kualitas air, jenis ternak serta manajemen pemeliharaannya khususnya tingkat kepadatan kandang. Untuk mengetahui efisien atau tidaknya ransum yang diberikan pada ternak yang dipelihara, diantaranya dapat dilihat melalui angka konversi ransum yang diperoleh (Kartasudjana, 2002).
Kebutuhan Nutrien Ayam Layer Pejantan Lengkap
Kandungan nutrien pada masing-masing bahan penyusun ransum perlu diketahui sehingga tujuan penyusunan ransum dan kebutuhan nutrien untuk setiap periode pemeliharaan dapat tercapai (Wahju,1994). Penyusunan ransum ayam layer pejantan memerlukan informasi mengenai kandungan nutrien dari bahan-bahan penyusun sehingga dapat mencukupi kebutuhan nutrien dalam jumlah dan persentase yang diinginkan (Amrullah, 2004). Angka kebutuhan energi yang absolut tidak ada, karena ayam layer pejantan dapat menyesuaikan jumlah rasnsum yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi bagi tubuhnya (Rizal, 2006). NRC (1994) menyatakan bahwa kebutuhan nutrien ayam pedaging umur 0 sampai 3 minggu yaitu PK 23%, ME 3200 Kcal/kg, kadar Ca 1%, kadar P 0,45%, metionin 0,5%, dan lysin 1,1%. Kebutuhan nutrien ayam layer umur 0 sampai 6 minggu yaitu PK 17% sampai 18%, ME 2800 Kcal/kg sampai 2850 Kcal/kg, kadar Ca 0,9%, kadar P 0,4%, metionin 0,28% sampai 0,3%, dan lysin 0,8% sampai 0,85%.
Rasyaf (2008) menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan. Penggunaan serat kasar dalam ransum ayam broiler adalah sebesar 5%. Wahju (1994) menyatakan bahwa persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam layer pejantan sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses. Anggorodi (1994) menyatakan bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari mikroorganisme yang terdapat dalam alat pencernaan. Ayam tidak dapat memanfaatkan serat kasar sebagai sumber energi. Serat kasar ini masih dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh unggas yang berperan sebagi bulky, yaitu untuk memperlancar pengeluaran feses. Rasyaf (2008) menyatakan bahwa serat kasar yang berlebihan akan mengurangi efisiensi penggunaan nutrien-nutrien lainnya, sebaliknya apabila serat kasar yang terkandung dalam ransum terlalu rendah, maka hal ini juga membuat ransum tidak dapat dicerna dengan baik.
Karliaet al. (2017) menyatakan bahwa penampilan produksi ayam layer dapat dilihat dari konsumsi ransum, konversi ransum, dan produksi telur. Konsumsi pakan merupakan banyaknya pakan yang di makan oleh ternak. Rasyaf (2008) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan merupakan jumlah pertumbuhan bobot ayam, pertumbuhan bobot ayam diperoleh dengan perbandingan bobot awal dengan bobot badan akhir. Pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan yang dilakukan dengan penimbangan ternak tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu yang telah ditentukan. Fitasari et al. (2016) menyatakan bahwa konversi pakan merupakan parameter yang digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan pakan yaitu perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan ayam dalam waktu tertentu. Feed convertion ratio pada umumnya digunakan untuk menghitung efisiensi pakan.
Daud et al. (2017) menyatakan bahwa konsumsi ransum ayam ras petelur jantan selama 6 minggu berkisar antara 2470,0 – 2584,7 g/ekor.Faktor- faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan ayam adalah kesehatan ayam, kandungan energi dalam ransum, macam bahan pakan, kondisi ransum yang diberikan, kebutuhan produksi, dan metode pemberian pakan yang digunakan (Marzuki dan Rozi, 2018). Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya suhu udara pada suatu lingkungan. Semakin tinggi suhu udara lingkungan maka jumlah pakan yangdikonsumsi akan berkurang. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah suhu udara lingkungan maka jumlah pakan yang dikonsumsi akan bertambah (Harimurti, 2017 cit. Daud et al., 2017).
Baca juga : Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler
Daud et al. (2017) menyatakan bahwa rataan pertambahan bobot badan (PBB)ayam ras petelur jantan berkisar antara 178,1-190,1 g/ekor/minggu. Pertambahanbobot badan merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan keberhasilan selama pemeliharaan ayam. Ariesta (2011) cit. Fitasari et al. (2016) menyatakan bahwa konsumsi pakan 1551,9 g/ekor menghasilkan BB akhir 620,75 g/ekor dengan menggunakan PK pakan 22% dan EM pakan 3100 Kkal/kg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam diantaranya adalah manajemen pemeliharaan, bibit, pakan, dan kondisi lingkungan. Pertambahan bobot badan ayam sangat dipengaruhi oleh konsumsi ransum.Konsumsi ransum menentukan masukan zat nutrisi kedalam tubuh yang selanjutnya dipakai untuk pertumbuhan dan keperluan lainnya, jika fungsi fisiologis ayam tidak terganggu maka ransum yang dikonsumsi akan digunakan sebaik-baiknya untuk pertumbuhan (Daud et al., 2017).
Daud et al. (2017) menyatakan bahwakonversi ransum kumulatif ayam ras petelur jantan yaitu berkisar antara 2,08-2,22. Berdasarkan hasil praktikum, konversi pakan kelompok 15, 12, dan 16 tidak sesuai dengan literatur. Fitasari et al. (2016) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan antara lain laju pertumbuhan, kandungan energi metabolisme pakan, bobot badan, kecukupan zat makanan dalam pakan, bobot badan dan jenis kelamin, temperatur lingkungan, dan kesehatan ternak.
Sumber :
Daud, M., Z. Fuadi, dan Mulyadi. 2017. Performa dan persentase karkas ayam ras petelur jantan pada kepadatan kandang yang berbeda. Agripet. Vol. 17(1) : 67-74.
Sidadolog, J.H.P. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Laboratorium Ilmu Ternak Unggas. Jurusan Produksi Ternak.
Kartasudjana, R. 2002. Manajemen Ternak Unggas. Bandung. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.